BAB II
MODEL-MODEL SISTEM KENDALI
A. Pemodelan Sistem Kendali
Sistem Fisik, Istilah model matematik
diartikan sebagai hubungan matematik yang menghubungkan keluaran sistem ke
masukannya. mungkin salah satu model yang paling sederhana dari sistem sik
adalah hukum Ohm (lebih tepat dikatak-an sebagai model Ohm) yang diterapkan
pada fenomena resistansi elektrik. Model ini di rumuskan seperti berikut:
v(t) = i(t)R
|
Pada persamaan ini,v(t) adalah tegangan dalam volt, i(t) adalah aruss dalam besaran ampere, dan R adalah resistensi dalam besaran Ohm. Jika resistansi dihubungkaan dengan tegangan yang diketahui, tegangan akan menjadi sistem dan arus adalah keluaran sistem atau tanggapan.
Pemodelan Sistem, Di dalam kamus IEEE [1]
model matematik dari sebuah sistem didefinisikan sebagai kumpulan persamaan yang
digunakan untuk mewakili sistem fisik. Haruslah dimengerti bahwa tidak ada model
matematik yang pasti dari suatu sistem fisik. Kita dapat meningkatkan ketepatan
suatu model dengan cara meningkatkan kerumitan persamaan-persamaan, tetapi
tidak pernah dapat mencapai kepastian.
Kita umumnya berusaha keras untuk mengem-bangkan sebuah model supaya dapat
menyelesaikan persoalan tanpa mem-buat model yang terlalu rumit. Telah
dinyatakan bahwa pembahasan model sistem-sistem sik melibatkan antara 80% - 90%
persen dari usaha yang diperlukan di dalam analisis dan perancangan sistem
kendali.
B. Rangkaian Electrik,
Di bagian ini akan
dikembangkan model-model untuk beberapa rangkai-an elektrik yang sederhana dan
bermanfaat. Model ini diberikan pada Gambar2.2, bersama-sama dengan model
induktansi dan kapasitansi Pa-da Gambar2.2 juga dide nisikan sumber tegangan
dan sumber arus ideal. Garis terputus-putus menunjukkan bahwa elemenelemen yang
diperlihatkan merupakan bagian dari rangkaian yang lebih besar. Sebagai contoh,
resis-tansi harus merupakan bagian dari rangkaian yang lebih besar, atau v(t)
identik dengan nol.
Untuk sumber
tegangan ideal, tegangan pada terminal-terminal dari sumber sesuai dengan yang
ditetapkan, tidak bergantung pada rangkai-an yang terhubung melalui terminal -terminal
ini. Arus,i(t), yang meng-alir di sumber tegangan ditentukan oleh rangkaian
yang terhubung melalui terminal-terminal ini. Untuk sumber arus ideal, arus
yang mengalur melalui sumber arus sesuai dengan yang ditetapkan, tidak
bergantung pada rang-kaian yang terhubung melalui terminal-terminal ini.
Tegangan,v(t), yang timbul pada terminal dari sumber arus ditentukan oleh
rangkaian yang ter-hubung melalui terminalterrninal ini.
Sebuah
rangkaian yang merupakan sebuah interkoneksi dari elemen-elemen diperlihatkan
pada Gambar 2.2. Persamaan rangkaian ditulis dengan menggunakan model yang
diperlihatkan pada gambar yang sejalan dengan hukum tegangan dan arus dari
Kirchoff . Hukum tegangan Kircho dinyatakan sebagai:
Gambar 2.2: Bagian-bagian rangkaian listrik (Phillips:1998)
Hukum arus kirchof dinyatakan sebagai :
Jumlah aljabar tegangan di
seputar setiap simpai tertutup di dalam suatu rangkaian elektrik adalah
nol.
Perhatikan
sebuah sistem dengan masukane(t) dan keluaran c(t). Jika C(s) adalah
transformasi lapllace dari keluaran sistem dan E(s) adalah tran-sformasi
laplace dari masukan sistem, fungsi alih G(s) didefenisikan dengan :
G(s) =
|
C(s)
|
|
E(s)
|
Pada
sistem-sistem kendali sik biasanya terdapat satu elemen rangka-ian tambahan
yaitu penguat operasional (sering kali disebut op amp). Biasanya op amp
digunakan pada rangkaian-rangkaian sensor untuk meng-uatkan sinyal-sinyal lemah
dan juga digunakan pada rangkaian-rangkaian kompensasi. Lambang yang digunakan
pada diagram rangkaian untuk op amp diperlihatkan pada Gambarbab2d(a). Masukan
bertanda negatif dise-but masukan inverting, dan yang bertanda positif disebut
masukan nonin-verting. Catu daya untuk tegangan positif diberi lambang V + dan untuk tegangan negatif
adalah V . Op amp terlihat seperti [pada Gambar 2.3(a), tanpa hubungan dengan
catu daya. Pada gambar ini vd adalah tegangan masukan dan v0 adalah tegangan keluaran.
Penguat dirancang dan diba-ngun sedemikian rupa sehingga impedansi masukan
menjadi sangat tinggi, yang mengakibatkan arus di i dan i+ menjadi kecil sekali. Di
samping itu, keuntungan penguat menjadi sangat besar (105 atau lebih besar). yang
menghasilkan tegangan masukan yang diizinkan yang sangat kecil jika pe-nguat
dioperasikan di dalam kisaran linearnya.
(a) Op amp inverting dan noninver- (b) Op amp ideal ting
Gambar 2.3: Penguat Operasional (Phillips:1998)
ideal memiliki arus masukan
nol; jadi, di Gambar 2.3 (b), i- dan i+ sama dengan nol. Sebagai tambahan,
penguat ideal yang bekerja pada kisaran lineamya dengan bati yang tidak
terbatas, menghasilkan tegangan masukan vd sama dengan nol. Untuk hampir semua
aplikasi, model penguat ideal cukup.
C. Sistem Kendali Robotik.
Pada Gambar 2.31
diperlihatkan gambar dari sebuah robot industri. Pada umumnya, tangan sebuah
robot memiliki beberapa sendi. Pendekatan saat ini merancang sistem kendali
untuk sendi-sendi robot adalah dengan mem-perlakukan setipa sendi dari tangan
robot sebagai sebuah servomekanisme sendi sederhana.
Gambar 2.4: Robot
Industri, arm robot (Phillips:1998)
Gambar 2.4 menggambarkan sendi tangan robot tunggal, dengan ha-nya sendi yang
diperlihaakan. Diasumtulum sebagai aktuator adalah motor servo dc pengedalian
armatur dengan tipe yang sejenis dengan yang ada pada Subbab sebelumnya,
diasumsikan bahwa tangan dihubungkan dengan motor melalui roda gigi, dengan
rasio roda gigi n = r1=r2.
Pada
robot-robot industri. aktuator hidrolik atau pneumatik lebih banyak digunakan
daripada motor servo dc. Tetapi, karena sudah dikembangkan model motor servo,
diasumsikan penggunaan motor servo dc. Diagram blok dari sendi tangan robot
diberikan pada Gamba ??. Pada gambar ini, parameter parameter motor adalah sama
dengan parameter pada gambar diagram blok motor servo. Tegangan masukan motor
adalah Ea; Ia adalah arus armatur motor.
T adalah torka yang dikembangkan m adalah su-dut poros motor, dan thetaL adalah sudut tangan robot.
Momen inersia J menggambarkan keseluruhan
Gambar 2.5: Sambungan lengan robot (Phillips:1998)
Momen inersia
yang dire eksikan ke poros motor. termasuk momen inersia tangan. Koe sien
gesekan B menggambarkan keseluruhan gesekan yang dire eksikan ke poros motor.
Contoh menggambarkan re eksi momen inersia yang melalui roda gigi.
Pada Gambar dibawah terlihat bahwa model dari sendi ini adalah orde ti-ga Seperti pada kasus
motor pada Subbab sebelunnya, jika induktansi Lm armatur motor dapat
diabaikan. model sendi dapat direduksi menjadi orde dua. Biasanya, motor
merupakan magnit permanen, pembangkitan dengan armatur. rotasi kontinyu, dan
motor-motor ini cenderung memiliki induk-tansi armatur rendah.
Gambar 2.6: Model sendi tangan robot (Phillips:1998)
Sistem kendali
umpan balik untuk sendi tunggal dari tangan robot di-berikan pada Gambar 2.34.
Pada diagram ini c
adalah sudut dari tangan robot yang diinginkan atau yang diperintahkan, dan L , adalah sudut se-benarnya
tangan robot. Kompensator memiliki fungsi alih Gc(s) = Kp + KDs
Gambar 2.7: Model kendali sendi robot (Phillips:1998)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar